Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga adalah dimulai
dengan ijab Kabul, saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan
bagi orang yang telah menikah dia telah menguasai separuh agamanya.
Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh
agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang
separuhnya lagi. [HR. al-Hakim].
Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kokoh,
dinding, genteng, kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu
digunakan sebagai pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain
maka rumah akan ambruk. Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus
tahu fungsi masing-masing, jika tidak maka bisa ambruk atau berantakan rumah
tangga tersebut.
Mari kita telaah satu persatu masing-masing fungsi suami dan
istri tersebut.
Kewajiban Suami
Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi
keluarganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga
atau pemimpin dalam rumah tangga. Alloh SWT dalam hal ini berfirman:
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh
telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena
mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka. (Qs. an-Nisaa’: 34).
Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini
juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras
membanting tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi
ternyata tidak mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs.
at-Tahriim: 6).
Suami juga harus mempergauli istrinya dengan baik:
Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Qs.
an-Nisaa’: 19).
Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan
menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka
Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling
memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat.
Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka
berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya. [HR. Maisarah
bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri].
Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri
Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul,
siapakah yang paling disayangi?” Rasulullah Saw hanya tersenyum lalu berkata,
“Aku akan beritahukan kepada kalian nanti.“
Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah
memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya
berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain. Lalu suatu hari
hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang
sama. Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang
kuberikan cincin kepadanya.” Kemudian, istri-istri Nabi Saw itu tersenyum puas
karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa
dirinya tidak terasing.
Bahkan tingkat keshalihan seseorang sangat ditentukan oleh
sejauh mana sikapnya terhadap istrinya. Kalau sikapnya terhadap istri baik,
maka ia adalah seorang pria yang baik. Sebaliknya, jika perlakuan terhadap
istrinya buruk maka ia adalah pria yang buruk.
Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan
engkau beri pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah
sekali-kali memukul muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali
berpisah darinya kecuali dalam rumah. [al-Hadits].
Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling
baik perlakuannya terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah yang
paling baik diantara kalian dalam memperlakukan keluargaku. [al-Hadits].
Begitulah, suami janganlah kesibukannya mencari nafkah di
luar rumah lantas melupakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Suami
berkewajiban mengontrol dan mengawasi anak dan istrinya, agar mereka senantiasa
mematuhi perintah Allah, meninggalkan larangan Allah swt sehingga terhindar
dari siksa api neraka. Ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah jika
anak dan istrinya meninggalkan ibadah wajib, melakukan kemaksiatan, membuka
aurat, khalwat, narkoba, mencuri, dan lain-lain.
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan
diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. [HR. Bukhari].
Kewajiban Istri
Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik
anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.).
Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai
pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga
dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat.
Tanggung jawab seperti itu bukan main beratnya. Para suami
harus berusaha mengantar istri dan anak-anaknya untuk bisa memperoleh jaminan
surga. Apabila anggota keluarganya itu sampai terjerumus ke neraka karena salah
bimbing, maka suamilah yang akan menanggung siksaan besar nantinya.
Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada
Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh
membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum
syara’, missal: disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.
Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan
Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari
pintu syurga mana saja yang dikehendaki. [al-Hadist].
Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah
wanita shalihah. [HR. Muslim, Ahmad dan an-Nasa'i].
Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). (Qs. an-Nisaa’: 34).
Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasul, memakai jilbab
(pakaian) yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan
(tabarruj) seperti wanita jahiliyah. (Qs. al-Ahzab: 32).
Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang
lain. Maka aku akan menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya
hak suami terhadap mereka. [al-Hadits].
Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika
engkau memandangnya dan mentaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan
jika engkau bepergian dia menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta
dan milikmu. [al-Hadist].
Perselisihan
Suami dilarang memukul/menyakiti istri, jika terjadi
perselisihan ada beberapa tahapan yang dapat ditempuh,
Istri-istri yang kalian khawatirkan pembangkangannya, maka
nasihatilah mereka, pisahkanlah mereka dari tempat tidur, dan pukullah mereka
(dengan pukulan yang tidak membahayakan). Akan tetapi, jika mereka menaati
kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. (Qs.
an-Nisaa’: 34).
Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan
engkau beri pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah
sekali-kali memukul muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali
berpisah darinya kecuali dalam rumah. [al-Hadits].
Jika kalian merasa khawatir akan adanya persengketaan
diantara keduanya, maka utuslah seorang (juru damai) dari pihak keluarga suami
dan sorang juru damai dari pihak keluarga istri. Jika kedua belah pihak
menghendaki adanya perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik kepada
suami-istri. (Qs. an-Nisaa’: 35).
Demikianlah Islam mengatur dengan sempurna kehidupan
keluarga sehingga terbentuk keluarga sakinah dan bahagia dunia-akhirat.
Wallahua’lam.
Terimalah yang paling baik agamanya,karena Jika ia cinta kepada istrinya pasti ia akan Merawat dan Menghormatinya; sedangkan jika ia benci kepada istrinya,ia tidak akan menganiayanya." Ukhti.. itulah salah satu nasehat dari Imam Al-Hasan Al-Basri,jika saat ini engkau ingin memantapkan Niat untuk Melabuhkan hatimu pada SeseOrang. Karena Sesungguhnya Pernikahan tidak hanya Dibangun atas nama Cinta.Kita Membutuhkan penyokong yang Utama yaitu Iman dan Ketaqwaan.Cinta akan memberikan warna dalam kehidupan Berumah tangga;sedangkan Iman dan taqwa yang akan meneguhkannya... SEhingga lahirlah Tanggung jawab terhadap engkau sebagai isteri dan Allah Sebagai Tuhannya. * Hasan Al Bashri (Madinah, 642 - 10 Oktober 728) adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah. Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi, antara lain Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar. Beliau salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran dihadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah .