Jumat, 29 Juni 2012

Puasa Bulan Syaban,Berapah Harikah yg Di Perbolehkan ?


Bulan Sya'ban adalah bulan di saat Nabi Muhammad saw melakukan puasa sunnahnya yang terbanyak. Di bulan-bulan lain, Nabi tidak melakukan puasa (sunnah) sebanyak di bulan Sya'ban. Namun tak ada kejelasan, tepatnya berapa hari yang disunnahkan berpuasa.

Persoalan boleh atau tidak melakukan puasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, itu boleh-boleh saja. Tidak ada dalil yang mengharamkan.

Hanya perlu diketahui ada perbedaan pendapat, antara yang memakruhkan puasa pada paruh kedua (setelah tanggal 15) Sya'ban, ada yang tidak. Perbedaan ini terjadi dikarenakan adanya 2 hadis yang berbeda. Kelompok yang memakruhkan menggunakan hadis: "Tiada puasa setelah separuh dari Sya'ban hingga masuk Ramadan."


Sementara yang tidak memakruhkan mendasarkan pada beberapa hadis (di antaranya):
Diriwayatkan dari Umi Salmah: "Saya tak pernah melihat Rasulullah puasa dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya'ban dan Ramadan." Dalam redaksi lain: "Tidak pernah Rasulullah melakukan puasa sunnah sebulan penuh kecuali di bulan Sya'ban." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah). Dan dalam redaksinya Ibnu Majah: "Nabi pernah puasa (penuh) di bulan Sya'ban dan Ramadan."

Demikianlah perbedaan itu muncul. Perlu diketahui juga, ada ulama yang menganggap dhaif hadis yang memakruhkan puasa di paruh kedua Sya'ban. Karena ada hadis lain lagi yang melarang puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan. Ini tujuannya untuk menghindari hari "syak" (hari yang mendekati Ramadan, belum diketahui dengan jelas kapan akhir Sya'ban dan awal Ramadan).

Kembali ke persoalan semula, boleh-tidaknya berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, pendapat yang membolehkan lebih cocok diikuti. Ini dengan alasan:
Ada hadis yang menunjukkan bolehnya puasa Sya'ban sebulan penuh (seperti tersebut di atas).
Bahwasanya larangan puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan itu untuk menghindari keragua-raguan. Karena pada hari-hari itu sudah dekat awal Ramadan. Padahal puasa Ramadan itu harus jelas niatnya: niat puasa Ramadan.
Masa sekarang ini tidak ada kesulitan lagi untuk mengetahui awal bulan (atau akhir bulan) karena kecanggihan teknologi.
Jadi pada aslinya puasa sebulan penuh di Sya'ban itu tetap disunnahkan. Kalaupun sehari-dua hari di akhir Sya'ban itu tidak diperbolehkan, itu karena untuk menghindari ketidakjelasan. Dengan demikian, jika sudah tahu kapan awal Ramadan, maka tidak apa-apa melakukan puasa sampai akhir Sya'ban.

Islam Mewajibkan Umatnya Berpasang2an (Menikah adalah Suatu Ibada)


Rasulullah SAW bersabda, ''Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kehinaan. Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kekayaannya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kefakiran.''

Beliau melanjutkan, ''Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kemuliaan nasabnya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kerendahan. Dan, barang siapa yang menikahi seorang wanita dan ia tidak menginginkan kecuali supaya dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya atau menyambung tali silaturahim, maka Allah akan memberkahi mereka berdua.'' (HR Thabrani).



Dari hadis di atas, ada dua hal penting yang dapat dijadikan petunjuk bagi umat Islam yang hendak membangun rumah tangga. Pertama, sebuah rumah tangga akan diberkahi Allah atau tidak, salah satunya disebabkan oleh bagaimana niat awal dalam membangun rumah tangga tersebut. Niat yang tidak benar menyebabkan rumah tangga yang dibangun akan jauh dari keberkahan Allah. Dan, bahkan dapat menyebabkan rumah tangga kandas di tengah jalan. Sebaliknya, rumah tangga yang dibangun dengan niat benar, di antaranya untuk lebih menjaga kesucian diri dan menyambung persaudaraan, maka keberkahan Allah akan diraihnya dan kelangsungan rumah tangga dapat terus dijaga.

Kedua, menikah adalah ibadah. Nikah tidak sekadar menyatukan dua insan atau dua keluarga. Pernikahan bukan pula merupakan kontrak sosial. Tetapi, nikah merupakan salah satu ibadah. Dengan nikah, sesuatu yang asalnya haram dilakukan menjadi boleh dilakukan dan dari asalnya dosa menjadi pahala.

Allah menerangkan masalah pernikahan dalam salah satu ayat-Nya dengan diawali kata-kata ''Tanda-tanda kekuasan-Nya'' dan diakhiri dengan perintah kepada manusia untuk berpikir agar menjadi orang yang bertakwa. Allah berfirman, ''Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.'' (QS 30: 21).

Rasulullah pun menjelaskan dalam sabdanya, ''Apabila seorang hamba (manusia) telah menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agama, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.'' Dan, dalam suatu riwayat Thabrani dijelaskan, ''Barang siapa yang nikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh iman, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.''

Dalam bahasa Alquran, pernikahan disebut sebagai mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat dan sangat berat). Karenanya, Allah dan rasul-Nya melarang pernikahan dijadikan sebagai main-main. Rasulullah melarang pernikahan yang bersifat kontrak atau sementara.. Wallahu a'lam

Artikel : Melyn Aiko

Kelebihan Bulan Sya'ban


Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.
Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian dari kalangan kaum muslimin.


Pindah Qiblat


Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

Diangkatnya Amal Manusia

Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).

Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban


Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Sya’ban lebih utama dari pada puasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal Abu Hurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurul hurum).” Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa pada bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhir hayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalam keadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit.

Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.

Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:

1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.

Turun Ayat Sholawat Nabi

Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini, yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)


Sya’ban, Bulan Al Quran

Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.

Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Malam Nishfu Sya’ban

Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.
Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dlo’if (lemah), namun Al Hafidh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian Hadits-Hadits tersebut, di antaranya adalah: “Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).

Para ulama menamai malam Nishfu Sya’ban dengan beragam nama. Banyaknya nama-nama ini mengindikasikan kemuliaan malam tersebut.

1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.

Pro dan Kontra Seputar Nishfu Sya’ban
Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakan ulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Sya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilai sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.”

Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulama Hadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’if untuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malam Nishfu Sya’ban.

Kebanyakan ulama yang tidak sepakat tentang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban itu karena mereka menganggap serangkaian ibadah pada malam tersebut itu adalah bid’ah, tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam.
Sedangkan pengertian bid’ah secara umum menurut syara’ adalah sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah. Jika demikian secara umum bid’ah itu adalah sesuatu yang tercela (bid’ah sayyi’ah madzmumah). Namun ungkapan bid’ah itu terkadang diartikan untuk menunjuk sesuatu yang baru dan terjadi setelah Rasulullah wafat yang terkandung pada persoalan yang umum yang secara syar’i dikategorikan baik dan terpuji (hasanah mamduhah).
Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumiddin Bab Etika Makan mengatakan, “Tidak semua hal yang baru datang setelah Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam itu dilarang. Tetapi yang dilarang adalah memperbaharui sesuatu setelah Nabi (bid’ah) yang bertentangan dengan sunnah.” Bahkan menurut beliau, memperbaharui sesuatu setelah Rasulullah (bid’ah) itu terkadang wajib dalam kondisi tertentu yang memang telah berubah latar belakangnya.”

Imam Al Hafidh Ibn Hajjar berkata dalam Fathul Barri, “Sesungguhnya bid’ah itu jika dianggap baik menurut syara’ maka ia adalah bid’ah terpuji (mustahsanah), namun bila oleh syara’ dikategorikan tercela maka ia adalah bid’ah yang tercela (mustaqbahah). Bahkan menurut beliau dan juga menurut Imam Qarafi dan Imam Izzuddin ibn Abdis Salam bahwa bid’ah itu bisa bercabang menjadi lima hukum.

Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama salaf telah melakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan sholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah itu berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan serangkaian ibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir, berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atau berjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain.

Senin, 11 Juni 2012

Doa Qunut Witir


Berikut adalah senarai doa qunut ketika solat sunat witir berdasarkan sunnah.

                                                     

Maksudnya:
"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit) sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi, uruslah aku sebagaimana orang yang telah Engkau urus. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku, jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha’ (ketetapan), dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau cintai tidak akan hina [dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia]. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Tinggi"
(HR Ashhabussunan, Ahmad Darimi, Hakim dan Baihaqi. Di antara dua kurung menurut riwayat Baihaqi. Lihat Shahih Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ulghalil oleh Al Albani 2/172)

                                                     

Maksudnya:
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridha’an-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dan siksaan-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari ancaman-Mu. Aku tidak membatasi untuk memuji-Mu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri"
(HR Ashabus sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih Tirmidzi 3/180, Shahih Ibnu Majah 1/194, serta kitab Irwa’ul Ghalil 2/175)

Berikut di bawah merupakan salah satu lagi doa qunut witir yang pernah diamalkan oleh rasulullah s.a.w.

                                                    

Maksudnya:
"Ya Allah, sesungguhnya kami menyembah-Mu, kepada-Mu kami shalat dan sujud, kepada-Mu kami berusaha dan melayani. Kami mengharapkan rahmat-Mu, kami takut akan siksa-Mu, sesungguhnya siksaan-Mu akan menimpa orang-orang yang kafir. Ya Allah, kami mohon pertolongan dan ampunan kepada-Mu. Kami memuji kebaikan-Mu, kami beriman kepada-Mu, kami tunduk (pada ajaran-Mu) dan kami berlepas diri dari orang-orang yang kufur kepada-Mu"
(HR Baihaqi dalam Sunan Kubra, sanadnya shahih 2/211, Syeikh Al Albani menshahihkannya dalam Irwa’ul Ghalil 2/170, hadits ini mauquf pada Umar)

Sifat Malu ( Hadith 40:20 )


Hadith ke dua puluh(20) dari kitab hadith empat puluh karangan Imam Nawawi ini berkisar mengenai kepentingan memiliki sifat malu. Mari sama-sama kita memahami dan mengaplikasikan isi kandungan hadith ini dalam kehidupan harian kita.


عَنْ أَِبي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِيِّ البَدْرِيِّ رَضِىَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم : (( إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ آَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ )) رواه البخاري.

Terjemahan hadith

Daripada Abu Mas'uud 'Uqbah ibn 'Amru al-Ansarie al-Badrie r.a. beliau berkata: Rasulullah SAW
telah bersabda: Sesungguhnya antara kata-kata ungkapan Kenabian terdahulu yang dapat diketahui dan dipetik oleh manusia ialah: Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah apa sahaja yang engkau mahu. (Hadith riwayat al-lmam al-Bukhari)



Pokok Perbincangan Hadith 40:20 - Sifat Malu

1) Malu- akhlak para nabi Allah & malaikat (warisan para nabi).
2) Makna suruhan dalam hadith :
- Suruhan sebagai tahdid (kecaman) - dibayangkan balasan dunia @ akhirat.
- Suruhan terhadap perkara yang harus - pilihan (buat/tak buat).
- Suruhan sebagai pilihan - sifat malu sebagai bentengnya.(dalam perkara maksiat).
3) Malu terbahagi dua :
- yang boleh diusahakan - mengenal Allah - merasai muraqabah Allah.
- yang tak boleh diushakan -fitrah yang diberikan Allah kpd sesiapa yang dikehendaki(kebaikan).
4) Malu yang dicela - yang tidak menepati syarak: malu bertanya tentang agama/ beribadat dalam
keadaan jahil.

Pengajaran hadith

Malu adalah salah satu sifat utama seorang mukmin kerana ia adalah sebahagian dari lman. Malu tidak menghasilkan sesuatu kecuali kebaikan. la menjadi perisai daripada melakukan banyak perkara jahat.

Sejarah membuktikan bahawa nafsu manusia tidak terbatas dan tidak pernah puas. Hanya dengan sifat malu, mereka mampu membendung dan menjurusnya ke arah kemuliaan.

Malu sejati ialah malu yang didorong oleh perasaan lman kepada Allah.

Malu melakukan kebaikan adalah malu yang tercela dan dilarang seperti malu menutup aurat, malu mengerjakan ketaatan kepada Allah atau malu bertanya perkara yang tidak diketahui.

Artikel : Hadith 40:20

Rabu, 06 Juni 2012

Sabar ataukah Mengeluh ?


Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. "Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."

Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu ?" Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?" Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?" Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."

Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?" Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."



Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah.

Kerana itu Rasulullh saw bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadith Qudsi,:" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullh saw bersabda,:" Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang." Dan sabdanya pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah) Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah.

Strategi Dakwa Dalam Berhijrah


Secara umum, tipologi kepemimpinan, dilihat dari aspek legitimasinya dapat dibedakan menjadi dua macam, kepemimpinan yang berproses secara alamiah dan tradisional (traditional leadership) yang melahirkan sosok pemimpin tradisional, dan kepemimpinan yang berproses secara formal dan fungsional (functional leadership) yang melahirkan sosok pemimpin formal.
Pemimpin yang berproses secara fungsional pada umumnya memperoleh legitimasi formal dengan batas-batas teritori yang jelas, dengan “mandat” khusus dari yang dipimpinnya.

Sementara itu, pemimpin yang berproses secara alamiah biasanya bersifat informal dan tidak memiliki batas teritorial maupun tanggung jawab kepemimpinan secara jelas, seperti keberadaan ulama, tokoh masyarakat maupun tokoh adat. Jenis pemimpin seperti ini memiliki karakteristik di mana kepemimpinannya tidak bisa dilihat secara jelas, tapi pengaruhnya secara psikologis amat terasa dalam menentukan keberlangsungan kehidupan sosial masyarakat.
Dalam pembahasan singkat  ini, perbincangan tentang maslah kepemimpinan akan lebih difokuskan pada tipologi kepemimpinan tradisional, yang mempunyai relevansi dan keterkaitan langsung dengan kepemimpinan dakwah.

Basis Kepemimpinan Nabi


Jiwa kepemimpinan Nabi SAW terasah sejak usianya masih belia. Sang kakek, Abdul Mutholib adalah seorang figur bangsawan Quraisy yang mempunyai karisma luar biasa, dan sifat tersebut dapat terekam secara baik pada pribadi Muhammad. Sepeninggal kakekknya, ia diasuh oleh pamanda Abu Tholib,  yang juga tokoh yang sangat disegani di kalangan Quraiys.
Lewat pamannyalah naluri kepemimpinan Muhammad SAW terus memperoleh penajamannya. Dimulai dari belajar menggembalakan kambing, belajar menjalankan amanah dengan membantu pamannya berdagang hingga beliau mencetak sejarah sangat menakjubkan dalam menangani perselisihan orang-orang Quraisy saat renovasi Ka’bah. Muhammad, yang ketika itu masih remaja, berhasil memberikan rasa puas kepada seluruh suku dengan keputusannya yang sangat “elegan” mengenai hak peletakan batu al-hajar al-aswad. Atas prestasinya tersebut lantas beliau memperoleh gelar al-amin (yang terpercaya).
Aktivitas menggembalakan ternak yang dilakukan Muhammad SAW ketika usia belia merupakan wahana “latihan kepemimpinan” yang sangat efektif. Dalam proses penggembalaan tersebut, setidaknya dibutuhkan lima prasyarat yang harus dipenuhi agar memperoleh kesuksesan.

Pertama, mempunyai kepribadian yang kuat. Seorang penggembala, —demikian juga seorang pemimpin masyarakat, harus mempunyai kepribadian yang kuat, keimanan yang kokoh, tidak mudah terombang-ambing oleh adanya perubahan situasi di luar dirinya.

Kedua, mempunyai kesabaran dan ketekunan. Tanpa kesabaran dan ketekunan, kita, sebagai gembala akan terus menerus larut dalam emosi yang justru merugikan diri sendiri. Apalagi hal ini berhadapan dengan sekelompok binatang yang tidak mempunyai rasio. Dalam medan dakwah, pasti ditemui individu atau kelompok masyarakat yang tidak senang, bahkan menghambat. Nah, di saat seperti inilah nilai-nilai kesabaran dan ketekunan akan mampu meredamnya.

Ketiga, mampu menjalin harmoni di antara seluruh komponen. Sebagai pemimpin, kita dituntut untuk mampu membaca potensi dari masing-masing “gembala”, dan membuat situasi yang harmoni di antara mereka, dengan senantiasa merangsang untuk terus berlomba mengembangkan potensinya masing-masing secara benar. Dengan kemampuan ini, maka situasi masyarakat akan bergerak dinamis dengan kompetisi yang sehat (al-istibaq fi al-khairat). Di sinilah relevansi filosofi kepemimpinan Ing Madya Mangun Karso (Di tengah masyarakat membangun karya) yang pernah dikenalkan oleh tokoh pergerakan nasional Ki Hajar Dewantoro.

Keempat, mempunyai kejujuran dan integritas moral. Seorang pemimpin, sebagai suri tauladan bagi “gembala” harus senantiasa mengedepankan nilai-nilai kejujuran, meskipun kepada hewan piaraan. Seorang pemimpin juga harus mempunyai integritas moral yang tinggi sebagai “garansi” bagi kepercayaan masyarakat.

Kelima, kreatif dan tak kenal menyerah. Seorang pemimpin dituntut untuk secara kreatif mampu melakukan terobosan strategis guna menjawab berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi. Dalam proses kepemimpinan selalu ada masalah yang harus diselesaikan secara cepat dan akurat. Nah, tugas seorang pemimpin adalah menemukan solusi guna mencari jalan pemecahan atas masalah yang terjadi, dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat tersebut.
Setidaknya, dengan kelima syarat kepemimpinan tersebut di atas, langgam kepemimpinan akan dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Makna Hijrah


Setelah Muhammad SAW diangkat menjadi nabi, setelah turun wahyu pertama QS. Al-‘Alaq 1 – 5, tantangan dari kaum kafir Quraiys sangat besar, sehingga proses dakwah Islam berjalan dengan tertatih tatih dan mengalami ujian yang sangat berat.
Di tengah himpitan dan tekanan kaum Quraisy kepada proses dakwah yang dilakukan Nabi SAW, muncul gagasan untuk  melakukan hijrah ke yatsrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinatur Rasul (Kota Rasul) tersebut.

Dipilihnya kota Madinah sebagai basis dakwah menunjukkan kepiawaian strategi dakwah Nabi. Hal ini setidaknya karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, pertama, adanya komunitas muslimin yang siap membantu aktifitas dakwah, sebagai tulang punggung. Kedua, adanya tokoh-tokoh berpengaruh dari Bani Aus dan Khazraj, yang memungkinkan diterimanya ajakan dakwah secara luas dan cepat. Ketiga, adanya basis ekonomi pertanian dan perdagangan yang  kuat di masyarakat Madinah, sehingga dapat mengembangkan kemandirin ekonomi, dan bahkan menandingi hegemoni kaum Quraisy.
Di tambah lagi adanya dua kekuatan ekonomi masyarakat, dari kaum Muhajirin dan Anshar, yang saling bersinergi dan saling melengkapi. Yang pertama  sebagai penggarap dan yang kedua sebagai penyedia lahan. Kerja sama ekonomi ini tercermin dalam konsep mudharabah, syirkah, dan sejenisnya dalam terminologi fikih Islam.

Dengan membangun komunikasi di bidang ekonomi, Nabi SAW berhasil mempersatukan dua komunitas yang berbeda, dalam bingkai persaudaraan Islam (ukhuwwah Islamiyah) yang kemudian menjadi tulang punggung keberhasilan dakwah Islam. Dari sinilah akar kejayaan Islam tersemai, yang akhirnya mampu melahirkan sebuah peradaban yang mencengangkan dunia.
Dalam perspektif Islam, seorang pemimpin mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai khalifatullah (wakil Tuhan) di bumi yang mempunyai tugas merealisasikan misi kenabian sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Seluruh kreativitas kepemimpinan harus diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk mewujudkan kesejahteraan, menuju masyarakat yang berkeadaban. Selain itu, ia juga menyandang tugas dan fungsi sebagai Abdullah (hamba Tuhan) yang harus patuh dan tunduk pada setiap ketentuan yang digariskan-Nya, dengan senantiasa mengabdikan segenap dedikasi kita untuk mencapai keridhaan Allah.


Di sinilah letak perbedaan konsepsi kepemimpinan antara Islam, yang mempunyai dua dimensi, dengan kepemimpinan Barat yang hanya mengenal satu aspek. Selebihnya, mari kita tiru gaya kepemimpinan Nabi SAW.

Sumber Artikel Oleh Dr. H. Asrorun Niam, MA

Senin, 04 Juni 2012

7 Versi Android

1 > Android v 1.1
Versi ini di rilis pada tanggal 9 Maret 2009 oleh google. Pada versi ini terdapat pembaruan berbagai aplikasi, seperti Alarm, mengirim pesan lewat e-mail(gmail), pemberitahuan e-mail, dan voice search

2 > Android v 1.5 (Cupcake)
Versi yang di rilis pada Mei 2000 ini telah ditambahkan beberapa pembaruan dan penambahan fitur dari versi sebelumnya, seperti : Bluetooth A2DP, animasi layar, dapat otomatis terhubung dengan headset bluetooth.

3 > Android v 1.6 (Donut)
Pada versi ini telah dibenamkan kemampuan pencarian yang lebih baik dari versi versi sebelumnya, tambahan fitur lainnya, Gestures, text to speech engine, dial contact. Versi ini di rilis pada september 2009


4 > Android v 2.1 (Eclair)
Pada versi ini browsernya telah mendukung HTML5, adanya perubahan UI (User Interface), list contact yang baru, penambahan flash untuk kamera, Bluetooth 2.1. Android yang di rilis pada 3 desember 2009 ini juga dilengkapi dengan digital zoom pada kameranya

5 > Android v 2.2 (Froyo)
Pada versi ini, user sudah dapat melakukan instalasi pada memori eksternal, adanya dukungan flash adobe, serta wi-fi hotspot. oh ya, froyo diluncurkan pada 20 mei 2010

6 > Android v 2.3 (Gingerbread)
Tak lama berselang, google kembali merilis android terbarunya, yakni yang di beri nama Gingerbread pada 1 Desember 2010. Pada versi ini telah dilakukan peningkatan manajemen daya, kontrol via aplikasi, adanya penggunaan multi camera dll.

7 > Android v 3.0 9 (Honeycomb)
Berbeda dengan versi versi sebelumnya, versi ini lebih diperuntukkan bagi untuk tablet PC, sehingga UI nya pun sedikit berbeda.


Download The Dukuhjati Kotasantri Free Android App

=======================

=======================

Share and Sharing :: Mempunyai Artikel Menarik,kisah,cerita lucu,Atau Info Tentang Sekitar Dukuhjati,Kirimkan di kolom bawah ini
Name:
Email :
Alamat
Artikel
Berita/Info

This contact form was created by Freedback.