Kata ngabuburit sejatinya berasal dari kata burit, yakni sebuah representasi waktu yang menunjukkan mulainya waktu malam. Ngabuburit artinya mengisi waktu hingga burit atau malam tiba. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Sunda sejak lama, khususnya anak-anak muda. Mereka keluar rumah secara bergerombol selepas Ashar dan menikmati waktu sore yang cerah dengan berjalan-jalan atau sekadar berkumpul bersama teman-teman.
Dalam perkembanganya, tradisai ngbuburit kemudian semakin dikuatkan dengan keberadaan acara-acara televisi. Saat Ramadan tiba, banyak stasiun televisi menayangkan program acara ngabuburit sebelum waktu berbuka puasa tiba. Bahkan, sebuah konser musik yang digelarsebuah perusahaan rokok terkemuka juga menggunakan istilah ngabuburit sebagai tema acaranya. Alhasil, istilah ngabuburit kini seolah telah menjadi kata baku dalam pergaulan remaja saat bulan puasa tiba. Lantas apakah tradisi ini dikenal dalam Islam?
Abdul Quddus, doktor Kajian Islam dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, mengatakan ajaran islam sebenarnya tidak mengenal istilah ngabuburit atau apa pun yang merujuk pada kegiatan serupa untuk menunggu waktu buka puasa. "Saya rasa tidak ada. Ngabuburit itu lebih pada representasi waktu saja dari Sunda," katanya.
Jika saat ini, lanjut Abdul Quddus, istilah ngabuburit kemudian dikaitkan dengan tradisi bulan Ramadan, hal ini akibat adanya proses akulturasi dalam penyebaran agam Islam, di mana ajaran Islam masuk dengan memperhatikan sisi tradisi lokal. Dalam hal ini adalah tradisi ngabuburit yang telah dikenal luas di tanah Sunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar