Nawangwulan adalah seorang gadis yang mempunyai rupa bak bidadari dari kayangan. Sejak lahir ayahnya berharap suatu hari nanti ia akan menjadi seorang putri yang kaya raya, memiliki kekuasaan, dan juga harta. Karenanya ketika Nawangwulan besar dan banyak laki-laki yang berusaha meminangnya, impian ayahnya untuk memperoleh kehormatan dari anaknya makin menjadi-jadi. Banyak sekali laki-laki yang ingin meminang Nawangwulan ditolak oleh ayahnya. Bahkan, ada di antaranya yang nekad mau bunuh diri karena cintanya ditolak oleh keluarga Nawangwulan.
Sudah bisa dipastikan bahwa penolakan ayah Nawangwulan terhadap laki-laki yang meminang anaknya lebih dikarenakan laki-laki yang datang tidak memenuhi kriteria yang dia inginkan, yakni harus kaya dan mempunyai kekuasaan.
Impian ayahnya seakan menjadi kenyataan ketika seorang saudagar kaya pewaris kerajaan bisnis bernama Gadung yang berusia empat puluh enam tahun datang melamar Nawangwulan. Tanpa banyak basa-basi, ayah Nawangwulan langsung menerima lamaran Gadung. Pernikahan pun dilaksanakan. Namun setelah lima tahun menikah, Nawangwulan tidak juga dikaruniai anak. Sedangkan Gadung sendiri sudah mulai sakit-sakitan. Dokter mengatakan Gadung tidak mungkin memberikan keturunan.
Mendengar kabar itu, ayah Nawangwulan mempunyai niat yang sangat jahat. Pada suatu hari ayahnya memberi pil tidur pada Nawangwulan. Sesudah ia tak sadarkan diri ayahnya meminta salah seorang pemuda untuk meniduri Nawangwulan agar hamil. Kejadian memalukan itu terjadi begitu cepat. Tak seorang pun yang mengetahui kecuali pemuda itu dan ayah Nawangwulan. Suami Nawangwulan, Gadung pun tak mengetahui hal itu karena dia sedang pergi keluar kota untuk mengurus bisnisnya.
Nawangwulan baru mengetahui siapa ayah kandung kedua anak kembar tersebut, setelah pemuda yang menghamilinya datang memeras keluarga Gadung. Nawangwulan akhirnya berterus terang pada suaminya yang saat itu sedang sakit keras. Gadung memaafkan semua kejadian itu, malahan dia menuliskan sebuah surat wasiat. Dalam surat wasiat itu ia menuliskan bahwa seluruh harta yang dimilikinya akan diberikan kepada Nawangwulan dan anak kembarnya sesudah ia meninggal nanti.
Beberapa hari kemudian, Gadung meninggal dunia. Belakangan diketahui Gadung sakit karena pengaruh racun yang begitu kuat yang diberikan oleh para pesaing bisnisnya yang memang sudah lama ingin membunuhnya. Mereka ingin leluasa berbisnis tanpa persaingan dari perusahaan Gadung. Sebelum meninggal, Gadung memerintahkan seseorang untuk membunuh pemuda yang memeras Nawangwulan.
Waktu berjalan cepat. Nawangwulan kini telah menjadi ratu bisnis di daerahnya. Dari bisnis yang dikembangkannya Nawangwulan mengenal seorang duda beranak satu bernama Denny. Karena merasa sama-sama cocok, ia pun menikah dengan Denny. Hasil perkawinannya dengan Denny membuahkan seorang anak laki-laki bernama Jodi.
Semua orang yang sering ditemui Nawangwulang dulu ketika ia sehat bermuka manis dan berperilaku baik, kini mereka telah menjadi sekelompok singa yang siap saling terkam untuk memperebutkan harta dan kekuasaannya. Luki dan Dodi, anak bawaan Denny hasil perkawinan dengan istri pertama juga melancarkan aksinya untuk merebut harta Nawangwulan. Mereka lebih lihai karena dibantu oleh Pamannya yaitu Darno yang mempunyai niat jahat kepada Nawangwulan. Luki dan Dodi juga berniat menyingkirkan anak kembar Nawangwulan yang dianggap sebagai saingan bagi mereka.
Sungguh pedih hati Nawangwulan yang sedang terbaring menunggu maut yang akan menjemputnya. Dalam kondisi yang begitu parah ia harus menyaksikan semua orang-orang disekitarnya membuat berbagai rencana busuk demi merebut harta kekayaan yang dimilikinya. Denny dan anak-anaknya berdalih tidak tega melihat penderitaan istri atau ibunya yang terbaring lunglai di tempat tidur. Andai di Indonesia berlaku hukum eutanasia atau hak minta mati, mereka akan mengajukan hak eutanasia untuk Nawangwulan.
Tubuh Nawangwulan yang terbaring lemah ditempat tidur, hanya bisa meneteskan airmata melihat perbuatan suami, anak dan saudaranya yang ingin memperebutkan harta miliknya. Disela-sela kemunafikan dan kejahatan suami dan anak-anak Nawangwulan, ada sebuah secercah doa yang menyejukan hati Nawangwulan, yaitu anak-anak yatim piatu di sebuah panti asuhan. Nawangwulan memang terkenal sebagai seorang pengusaha wanita yang sukses, sekaligus dermawan. Dia mempunyai sebuah panti asuhan untuk menyantuni anak yatim piatu. Mereka semua berkumpul dan berdoa untuk kesehatan Nawangwulan.
Lambat laun kondisi kesehatan Nawangwulan makin membaik. Hal itu disebabkan secercah doa yang terus dikumandangkan oleh anak-anak yatim di panti asuhan milik Nawangwulang. Nawangwulan merasa bersyukur kepada Tuhan, bahwa masih ada segelintir orang yang mendoakan kesehatannya, dibandingkan semua anggota keluarganya yang menginginkan kematian dirinya dipercepat.
Akhirnya Nawangwulan sembuh kembali seperti biasanya. Hal ini membuat suami dan angota keluarga lainnya kecewa, karena tidak berhasil menguasai harta kekayaan Nawangwulan. Hak eutanasia yang terus diperdebatkan oleh sang suami sekarang tinggalah kenangan, karena Nawangwulan telah kembali sehat seperti sedia kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar